Rabu, 12 Agustus 2015

Penyakit Khas Sapi Bali dan Kiat Pencegahannya


Oleh: Ni Wajan Leestyawati
(Penyuluh Pertanian di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali)

Penyakit menjadi masalah yang mengkhawatirkan peternak dalam mengembangkan sapi bali. Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi bali adalah: 1) Penyakit Jembrana, 2) Bovine Ephemeral Fever (BEF), 3) Diare ganas menular, 4) Berak darah, 5) Penyakit bali/bali ziekte, dan 6) Cacingan. Di antara penyakit – penyakit tersebut, Penyakit Jembrana dan Penyakit Bali Ziekte merupakan penyakit khas pada sapi bali.

1.  Penyakit Jembrana                                                                                          
Penyakit  Jembrana disebabkan oleh virus dan hanya menyerang sapi bali. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak berumur 4-6 tahun adalah :
  1. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit jembrana adalah : demam (suhu badan sapi tinggi, berkisar antara 39° C-41,5° C), pembengkakan hebat kelenjar limfe, erosi (luka-luka) pada selaput lendir mulut, diare yang sering bercampur darah dan sering terjadi sapi mengalami berkeringat darah.
  2. Penularan penyakit jembrana dari sapi ke sapi lainnya diperkirakan oleh serangga penghisap darah seperti lalat (lalat tapis) caplak dan nyamuk. Serangga-serangga tersebut merupakan serangga penghisap darah. Jika serangga menggigit dan menghisap darah sapi yang sakit.
  3. Sapi yang terserang penyakit jembrana akan mengalami penurunan nafsu makan, sehingga pertumbuhannya secara umum termasuk kenaikan berat badannya terhambat. Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan kematian sapi terlebih jika terlambat penanganannya. Selain itu penyakit jembrana menyebabkan tidak diizinkannya penjualan bibit sapi bali dari bali ke luar pulau, karena kekhawatiran akan penyebaran penyakit jembrana ke wilayah yang lebih luas di indonesia Hambatan prnjualan sapi bibit ini tentu menghambat peningkatan harga sapi bali.
  4. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, jika penyakit jembrana tidak ditanggulangi secara serius maka akan terjadi kepunahan habisnya sapi bali. Padahal sapi bali merupakan sapi ras asli indonesia yang mempunyai banyak keunggulan, di antaranya dapat hidup dan tumbuh dengan baik di daerah-daerah kurang subur/marginal karena mempunyai daya cerna yang yang bagus terhadap pakan. Jika sapi bali punah, maka indonesia khususnya Bali akan Kehilangan sumberdaya ternak yang membanggakan. Itulah alasan pentingnya program penanggulangan penyakit jembrana.
Penanggulangan
Penanggulangan penyakit secara umum dilakukan dengan cara pencegahan dan pengobatan. Pencegahan dilakukan bagi hewan yang sehat agar tidak sampai tertular penyakit, sedangkan pengobatan dilakukan untuk mengobati hewan yang sakit supaya segera sembuh dari penyakitnya dan tidak menimbulkan kerugian terlalu besar bagi peternak. Tindakan pencegahan, yaitu mengupayakan agar virus tidak menyebar, tindakan tersebut meliputi:
1)     Karantina. Memelihara secara terpisah sapi yang baru datang dari lingkungan lain ke lokasi peternakan untuk beberapa hari, setelah itu jika sapi baru tersebut ternyata sehat maka dapat dipelihara bersama dengan sapi yang telah ada di lokasi.
2)     Isolasi. Mengandakan secara terpisah sapi yang sakit sampai sapi tersebut sembuh.
3)     Sanitasi. Membersihkan kandang dan lingkungannya setiap hari, spaya tidak ada sampah dan limbah menumpuk di sekitar kandang, karena tumpukan sampah dan limbah merupakan tempat persembunyian dan pembiakan serangga. Sebaiknya sampah dan limbah segera diproses menjadi pupuk/kompos, karena proses pengomposan dapat memayikan telur dan larva serangga yang ada didalamnya.
4)     Spraying. Menyemprot kandang dengan anti serangga secara berkala sesuai dengan aturan dan rekomendasi dinas peternak.
5)     Memelihara sapi secara baik, memberinya cukup pakan dan menyediakan    kandang yang layak supaya tubuh sapi menjadi kuat sebab tubuh yang kuat akan dapat bertahan dan mampu melawan penyakit/virus yangmenyerangnya.
6)     Vaksinasi. Memberikan vaksin jembrana sesuai dengan aturan kepada semua sapi yang sehat, supaya pada setiap sapi terbentuk kekebalan terhadap penyakit jembrana.
Selanjutnya dilakukan tindakan pengobatan, yaitu mengupayakan sapi yang sakit agar segera sembuh, dengan memberikan obat kepada sapi. Ini bisa dilakukan oleh dokter hewan, supaya sapi mendapatkan obat yang tepat dalam takaran yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan kondisi sapi.

    2. Penyakit bali/Bali ziekte
      Penyebab penyakit ini adalah racun lantadine yang terdapat dalam tanaman lantana camara atau kerasi. Sapi bali apabila memakan tanaman ini akan mengalami keracunan dan menderita bali ziekte. Gejala penyakit ini, diantaranya:
      1. Tubuh sapi panas,
      2. Nafsu makan menurun bahkan sampai hilang sama sekali,
      3. Gatal-gatal dan tidak tenang,
      4. Kulit di bagian tubuh yang menonjol dan ujung telinga kiri dan kanan atau simetris mengering seperti kerupuk lalu mengelupas dan meninggalkan bekas luka. Keadaan ini akan lebih parah bila sapi terjemur atau kena panas matahari. Sering terjadi infeksi pada bekas luka, sehingga lukanya menjadi koreng yang berarir bahkan bernanah.
      Pada kejadian yang akut penyakit bali ziekte susah disembuhkan, tetapi pada keadaan dimana kadarLantana camara yang dimakan masih sedikit maka kemungkinan sembuh masih bisa 70-90%.
      Pencegahan      
      Cara mencegah dan menangani penyakit bali ziekte pada sapi bali adalah sebagai berikut:
      1)    Jauhkan sapi dari tanaman lantana camara, terutama sapi dalam keadaan lapar.
      2)    Waspadai Lantana camara dapat tumbuh subur di lahan kering pada musim kering dimana tanaman hijauan pakan ternak tidak mampu tumbuh. Sehingga sapi akan memakannya.
      3)    Sapi yang menunjukan gejala bali ziekte supaya dihindarkan dari panas matahari, diberi air minum dan pakan yang cukup. Baik juga bila sapi diberi minum air kelapa.
      4)    Luka yang timbul diolesi minyak dan dijaga agar tidak terjadi infeksi. Jika tidak memungkinkan melakukan penanganan sendiri, segera hubungi Dokter Hewan praktek terdekat.
      Sumber: Sinar Tani Edisi 7 – 13 Januari 2015 No. 3589 Tahun XLV